Me Over You: My Perfect Imperfect

me-over-you-my-perfect-imperfect-tips

Pernah merasa nggak puas dengan diri sendiri? Lalu, pengin jadi orang lain. Seperti kisahnya si Miles dalam Living with Yourself yang bikin aku miris.

Kisah seorang pria yang melihat dirinya yang lain menikmati hidup yang seharusnya miliknya. 

Cerita Miles ini membuatku berpikir Me over you My Perfect Imperfect. Tentang kita yang harus mengutamakan diri sendiri di atas orang lain. Nggak peduli apa pun pendapat orang lain tentang kita.

Ini bukan tentang seseorang yang nggak peduli dengan orang lain. Tapi, ini adalah tentang pentingnya menyadari bahwa kita pun berhak untuk menjadi diri sendiri seutuhnya.

Apakah tampil PERFECT itu Harus?

Menurutku sih, being perfect itu bukan PERFECT tanpa cela. Seperti bagi sebagian besar perempuan , mungkin standar wajah cantik sempurna itu adalah putih, mulus, dan glowing. Standar kecantikan yang sebenarnya dibuat oleh iklan produk kecantikan yang belum mempertimbangkan bahwa wanita itu unik. Bukankah semua wanita itu cantik apa pun warna kulit, bentuk, dan rupanya?

Untungnya sih, sekarang produsen produk kecantikan lebih aware ya? Kita bisa lihat brand yang mulai campaign produk yang memperhatikan bahwa wanita itu cantik. Woman is beautiful as she is. 

Dan bukankah tampil berbeda itu pun suatu anugrah? Seperti yang bisa kita lihat di ayat berikut: 

49.Al-Ḥujurāt : 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: 

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti. (sumber: MyQuran myquranina.com) 

Dalam ayat di atas, tersirat bahwa yang utama bagi seorang manusia adalah takwanya. Usahanya untuk beribadah karena mengharapkan rido Allah semata.

Perfect dalam sudut pandang Diri sendiri 

Setiap kebudayaan itu memiliki hal yang berbeda. Termasuk standar sempurna dan cantik bagi seorang wanita. Seperti bagi suku Dayak di Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu Kalimantan Timur, standar kecantikan adalah telinga yang panjang.

Meskipun budaya ini sudah ditinggalkan oleh kaum muda, aku makin menyadari bahwa keunikan ini adalah bukti bahwa sempurna itu ada di cara berpikir kita. Pemahaman yang ditanamkan oleh pendahulu kita atau pengetahuan yang kita pelajari. 

Aku masih ingat ucapan nenek atau orang-orang sekitarku bahwa seorang wanita sempurna itu adalah yang bisa masak. Ucapan yang cukup masuk akal, karena kalau nggak masak artinya nggak makan.

"Perfect itu ada di pikiran kita. Jadi, bisa saja kamu Perfect di matamu, tapi Imperfect di mata orang lain. Namun, pikiranmu adalah yang terpenting."

Namun, perkembangan zaman bikin semuanya berubah. Kalau sekarang sih, nggak pintar masak itu nggak jadi masalah. Kita bisa pesan di gofood atau pakai jasa takeaway. 

Dan kalau merasa kurang cantik, kita bisa menggunakan make up sesuai kebutuhan. Make up yang dapat memperbaiki kekurangan di wajah dan kulit, hingga kita dapat tampil lebih percaya diri.

Eh, tapi aktivitas merias wajah bukan berarti wanita itu tidak cantik dengan apa adanya lho. Menurutku sih, merias wajah adalah aktivitas untuk merawat diri agar lebih segar sebagai bukti kita mencintai diri sendiri.

Kalau makin sayang pada diri sendiri, lalu disayang pasangan kan menyenangkan. Ya kan?

Eh, bagi yang belum punya pasangan pun harus menyayangi diri lho. Kalau bukan kita, siapa lagi?

So, perfect itu sebenarnya ada di pikiran kita aja. Bisa saja pikiran kita berbeda dengan orang lain. Namun, hal terpenting dalam hidup adalah pikiran kita sendiri.

Me Over You: My Perfect Imperfect

Aku sering memperhatikan orang-orang di sekitarku. Lalu, berpikir bahwa siapa pun kita, berhak bahagia.

Kenapa aku bicara begini? Mungkin, agar kamu mengerti, aku akan menceritakan kisah seseorang. Kisah yang menjadikan aku terkadang merasa sedih.

Ia adalah kakak iparku. Kak Didi. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Ia sudah meninggal di tahun 2018 kemarin. 

Sepanjang hidup, beliau selalu bekerja keras. Berusaha menyenangkan orang-orang sekitarnya. Ayah, ibu, istri, dan anak. Ia bekerja dari senin hingga minggu. Hampir tak pernah refreshing. Tidak menikmati hidupnya.

Bahkan di tengah sakitnya pun ia nggak ingin merepotkan keluarga. 

Dan setelah ia meninggal, kami baru menyadari bahwa hampir nggak ada foto-fotonya di album kenangan foto keluarga. Ah, mataku jadi berair mengingatnya.

Karena itulah aku berpikir bahwa hidup itu singkat masanya dan sebentar lalunya. Kita nggak perlu terlalu mengejar dunia ini. Nggak perlu terlalu takut dan khawatir. 

Nggak perlu takut miskin, toh sudah miskin wkwk. Nikmati aja yang ada sambil terus bersyukur. 

Dan jangan lupa untuk refreshing sejenak. Jangan kerja terus. Tubuh kita pun berhak untuk disayang sebagai bukti kita menyayangi diri sendiri. Berbahagialah, kamu berhak untuk itu.

Tips Being Perfect Imperfect 

Okey, nggak ada yang sempurna. Lihatlah gunung dan pepohonan di sekitar kita. Nggak ada yang bentuknya simetris atau sempurna. Namun, terlihat indah karena semua saling melengkapi. 

Sebagaimana diri kita dan orang-orang di mana pun di belahan bumi ini. Ada yang hitam, putih, besar, tinggi, kecil, dan lain-lain. Unik. Semuanya merupakan bukti kebesaran Allah. 

So, menurutku tips being perfect imperfect adalah
  1. Menyadari bahwa kita adalah mahluk Tuhan yang sempurna sebagaimana adanya.
  2. Di sisi Allah yang paling utama adalah orang yang paling takwa (QS Al Hujurat : 13)
  3. Bersyukur dan menerima keadaan kita.
  4. Mencintai diri kita melebihi orang lain
  5. Tidak membandingkan diri dengan orang lain. Jika kamu merasa berbeda, artinya kamu istimewa.
  6. Berteman dengan orang-orang baik
  7. Ikut dalam komunitas yang dapat mengembangkan potensi kita
  8. Terus belajar dan berkarya sepanjang hayat

Kesimpulan

Sambil menulis, aku menonton acara di televisi. Menyaksikan Putri Ariani menyanyikan lagu di depan presiden dan ribuan penonton. 

Meski tak bisa melihat sempurna, ia terlihat bahagia. Ia perfect imperfect. 

So, kita nggak perlu minder atau kecil hati dengan apa pun keadaan kita. Yakin aja, kita hebat apa pun diri kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa