Dari Sejarah Puasa dan Pentingnya Bimbingan Orang Tua bagi Anak dalam Berpuasa

Alhamdulillah, hari ini sudah memasuki hari ke-16 di bulan Ramadan 1444 H. Hari-hari yang InsyaAllah penuh rahmat kebaikan, karena ibadah yang kita lakukan di bulan ini akan mendapatkan ganjaran pahala berkali lipat.

Sayangnya, moment ibadah puasa di bulan Ramadan ini dapat sedikit terganggu oleh anak-anak yang tidak menunaikan puasa. Padahal, mereka sudah akil baligh dan memiliki kewajiban untuk berpuasa.

Sedangkan perintah untuk puasa Ramadan pun sudah jelas.

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Surat Al Baqarah: 183).

Lalu, aku pun ingin mengenal dari sejarah puasa dan pentingnya bimbingan orang tua bagi anak dalam berpuasa. Harapanku insight ini bisa menambah ketakwaan pada Allah SWT. Aamin.


dari-sejarah-puasa-dan-pentingnya-bimbingan-orang-tua-bagi-anak-dalam-berpuasa

Pengertian Puasa

Menurut istilah, puasa merupakan aktivitas menahan makan dan minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa lainnya dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah.

Sedangkan syarat sahnya puasa adalah Islam, berakal, bersih dari haid dan nifas, serta bermukim atau menetap. 

Nah, anjuran untuk berpuasa tercantum dalam hadis Al Bukhari dan Muslim yang berbunyi, 

" Islam dibangun di atas lima perkara (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, (2)menunaikan shalat, (3) menunaikan zakat,  (4) menunaikan haji ke Baitullah, (5) berpuasa Ramadhan."

Untuk niatnya adalah 

"Nawaitu shauma ghadin an adaa'i fardhi syahri ramadhona hadihisanati sanati lilahi ta'ala. Artinya adalah Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala."

Sejarah puasa

Dikisahkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, Nabi Adam berpuasa tiga bulan setiap bulannya sepanjang tahun. Dalam riwayat lain Nabi Adam diceritakan berpuasa tiap tanggal 10 Muharam untuk mengungkapkan rasa syukurnya atas pertemuannya dengan Hawa di Arafah.

Selain Nabi Adam, sejarah puasa sebelum zaman Nabi Muhammad pun dilakukan oleh Nabi Daud. Nabi Daud dan umatnya diriwayatkan wajib berpuasa dua hari sekali sepanjang hidupnya. Ini dikenal dengan puasa Daud.

Ibu Nabi Isa, Maryam pun pernah melakukan puasa yang disebutkan dalam surat Maryam ayat 26 yang berbunyi, 

" Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang hamba manusia pun pada hari ini."

Selanjutnya, sebelum perintah puasa di bulan Ramadan turun, Nabi Muhammad dan sahabatnya telah melaksanakan puasa tiga hari di tanggal 13, 14, dan 15. Nabi juga berpuasa setiap tanggal 10 Muharam. Hingga, akhirnya perintah puasa turun pada 18 bulan setelah Nabi hijrah ke Medinah. Tepatnya pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah.

Sayangnya, meskipun sejarah puasa sudah jelas, masih ada aja anak yang belum berpuasa. Aku pikir, tugas kita adalah sàling mengingatkan anak agar mereka mengerti kewajiban sebagai seorang muslim.

Alasan Anak Tidak Berpuasa

Sebagai seorang guru SMK, aku menyadari banget kalau mayoritas peserta didikku adalah anak laki-laki yang usianya antara 15 - 19 tahun. Peserta didik perempuan hanya sekitar 5 - 10 %. Itu pun hanya ada di jurusan TKJ dan MM. 

Fakta ini sangat mempengaruhi faktor psikologis anak selama ada di sekolah. Yah, teorinya kan anak cewek cenderung lebih cepat dewasa dibandingkan anak cowok. 

Artinya, di sekolah, aku masih bisa melihat anak-anak lari-lari di kelas seperti anak SD wkwk. Sedihnya sih, di bulan Ramadan ini pun masih banyak anak-anak cowok di sekolah yang tidak berpuasa dan jajan di warung pinggir pasar.

Alasan anak-anak tidak berpuasa ini kadang bikin aku geleng kepala. Apa ini karena mereka itu secara cognitive baru dewasa di usia 25 tahun ya? Jadi sekarang masih bersikap seperti anak kecil yang belum baligh? 

Apa pun itu, aku pun merangkum 7 alasan anak tidak berpuasa di bulan Ramadan, agar kita bisa saling mengingatkan.
  1. Sakit merupakan alasan yang sering anak ucapkan saat nggak berpuasa. Biasanya sih, anak sakit karena pola makan yang nggak teratur. Makan pedas atau minum es dalam keadaan perut kosong.
  2. Tidak saur adalah alasan yang juga sering dilontarkan anak yang nggak berpuasa. Anak akan bilang begini, "kalau nggak saur, lemes lho, Bu."
  3. Tidak kuat menahan haus dan lapar. Ya, apalagi sekarang kan anak-anak kelas XII sedang melaksanakan ujian sekolah dan UKK dari tanggal 27 Maret - 8 April 2023. Proses akhir pembelajaran yang cukup menyita energi. 
  4. Terpengaruh teman. Sebagaimana lazimnya anak-anak, proses pengakuan diri dan ingin selalu ada dalam rombongan teman-teman ini bikin anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama. Jadi, kalau ada yang tidak berpuasa, yang lain pasti ada yang ikutan.
  5. Begadang adalah alasan yang bikin anak lemas dan nggak kuat berpuasa. Anak akan bilang kepalanya pusing dan minta obat. 
  6. Malas adalah jawaban anak-anak yang nggak berpuasa, karena kurangnya motivasi dari sekitarnya. Pengetahuan anak yang belum memadai tentang kewajiban berpuasa bagi seorang muslim jadi pemicu sikap ini.
  7. Keluarga. Yah, anak-anak kan meniru orang di sekitarnya. Terutama orang tua. Kalau anak melihat orang tuanya tidak berpuasa, maka kemungkinan besar anak akan mengimitasi sikap tersebut. So, teladan orang tua amat penting dalam menjalankan ibadah puasa ini.

Pentingnya bimbingan orang tua bagi Anak dalam Berpuasa

Kita nggak bisa memungkiri bahwa degradasi karakter anak sudah mencapai level yang mengkhawatirkan. Sebut aja gimana seorang anak sudah terbiasa menonton tontonan berbau kekerasan dan pornography lewat gawai yang mereka miliki. 

Bahkan, sebagian anak sudah memiliki akses tanpa batas ini sejak usia dini. Hingga, anak-anak yang sudah terbiasa lebih akrab dengan gawainya akan cenderung lebih percaya pada internet.

Memang sih, sebagai generasi yang lahir di era digital, anak-anak harus dapat mengkomunikasikan kebutuhan mereka lewat gawai. 

Namun, seharusnya, akses untuk teknologi high-end ini diberikan bersamaan dengan pengawasan dan kontrol yang tepat dari orang tua.

Kenapa? Karena anak-anak memiliki rasa ingin tahu tanpa batas dan kemampuan untuk mengontrol diri baik secara emosi dan spiritual yang belum matang. Maka, dampak informasi tanpa filter orang tua akan berbahaya bagi perkembangan emosi dan sosial anak.

Padahal menurut pakar, proses pertumbuhan otak anak baru akan sempurna di usia 25 tahun. Sedangkan kedewasaan anak secara emosi untuk anak cowok itu di usia 43 tahun dan anak cewek itu sekitar usia 33 tahun. 

Artinya, kemungkinan anak-anak bersikap lebih agresif dalam memberi respon atas kejadian di sekitarnya adalah hal yang dapat dipahami. Dan, terkadang bulan puasa nggak meredam tendensi ini. 

Salah satu contohnya adalah kian maraknya aktivitas kurang terpuji seperti tidak berpuasa padahal sudah akil baligh dan sehat, dan makan minum di tempat umum di bulan Ramadan.

So, bimbingan dan pengawasan orang tua bagi anak adalah hal krusial dalam proses pertumbuhan anak. Termasuk terkait kewajiban untuk berpuasa bagi seorang muslim yang sehat dan akil baligh. 

Caranya gimana? Orang tua kan sibuk cari nafkah demi masa depan anak. Nggak mungkin kan mengawasi mereka 24/7 ?  Okey, ini adalah ucapan yang biasa kami dengar saat ngobrol dengan wali murid. 

Cara Mengajak anak Berpuasa

  1. Memberikan contoh pada anak. So, orang tua pun melakukan lebih dulu apa pun ibadah yang diperintahkan Allah. Jangan sampai orang tua menyuruh anak, sedangkan orang tua nggak melaksanakan.
  2. Menanamkan doktrin agama sejak dini. Tanamkan pada anak tentang kewajiban beragama bagi seorang muslim. 
  3. Mengajak anak diskusi tentang kewajiban berpuasa dan manfaatnya bagi kita.
  4. Mengajak anak mengikuti kegiatan keagamaan bersama, seperti tarawih, buka bersama dengan keluarga di rumah, shalat berjamaah di masjid atau di rumah, dan lain-lain.
  5. Menyampaikan ke anak tentang ancaman bagi seorang muslim yang tidak berpuasa padahal ia baligh dan sehat serta nggak berhalangan.
  6. Menyampaikan ke anak pahala kebaikan yang berlipat ganda dan ganjaran surga bagi orang yang berpuasa dan melakukan ibadah-ibadah sunah  di bulan Ramadan. 

Diskusi

Anak merupakan aset masa depan yang wajib kita jaga dan pelihara agar masa depan negeri ini mulia. Sedangkan mendidik anak agar dapat berpuasa dengan baik adalah salah satu cara agar anak dapat jadi pribadi mulia dan tangguh. Semoga kita sebagai orang tua mampu menjadi pribadi hebat yang dapat memberikan contoh terbaik bagi anak-anak kita. Semoga Allah menolong kita semua. Aamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa