Belajar dari Hal yang Sederhana

belajar-dari-hal-yang-sederhana-dan-bermanfaat


Kemarin adalah Hari Guru Nasional. Aku masih merasakan vibe yang hangat, karena perhatian peserta didikku yang telah lulus tahun ini. Ya, ia memberi hadiah buket foto yang indah padaku. Foto-foto itu adalah kenangan kebersamaan saat ia dan teman-teman sekelasnya berfoto bareng denganku. Rasanya senang dan haru menerima hadiah ini.

Mungkin, bagi orang lain itu hanya kumpulan foto. Tapi bagiku ini adalah bentuk perhatian yang nggak bisa ditukar dengan apa pun. Aku juga belajar dari hal yang sederhana dari hadiah ini. 

Hal yang sederhana tapi dilakukan itu lebih berharga dari hal besar yang tidak dilakukan 

Kenapa? Aku sering melihat dan mendengar orang-orang di sekitarku berkata besar tentang rencana dan program kerja, tapi tidak dilaksanakan. Hingga, aku teringat dengan term lama. Jarkoni. Akronim dari budaya masyarakat Jawa, 'iso ngujari nanging ora iso nglakoni. Tidak ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.

Alhamdulillah, aku mengenal sosok Pak Riyanto, S.Pd, MM sebagai sosok kepala sekolah yang baik. Orang yang kupikir bisa dijadikan model dalam kesederhanaan dan perbuatannya. Sebagai pemimpin di sekolah, ia memberikan contoh kebaikan yang menyentuh hati.

Eh, bukan berarti sosok sebelumnya nggak kalah kerennya ya. Mereka memiliki keistimewaan yang membuat kami kagum. Nggak heran, sosok-sosok keren ini dapat eksis dan bertahan jadi pendidik selama bertahun-tahun.

Baklah, aku akan menceritakan hal sederhana yang aku pelajari dari sosok kepala sekolah yang telah memimpin SMK BLK Bandar Lampung selama beberapa tahun ini. 


Sosok Pemimpin yang Penyabar

Sebagai kepala sekolah, pak Riyanto memiliki sifat yang istimewa. Pemimpin yang sabar. Tangannya yang dingin dalam membimbing kami ini telah menghantarkan sekolah menjadi SMKS pertama di Bandar Lampung yang meraih SMK PK (Pusat Keunggulan). 

Karena sifatnya ini, aku pun terinspirasi untuk lebih sabar dalam menangani anak-anak bermasalah. Salah satunya kasus Irza, siswaku yang terjaring Polisi saat ikut demo di salah satu kafe di Bandar Lampung beberapa bulan lalu. Alhamdulillah, Irza sudah menyadari kekeliruannya dan rajin sekolah. Ia juga bersedia untuk jadi petugas upacara. 

Selain kasus Irza, kesabaranku pun diuji dengan peristiwa bullying yang terjadi di kelasku. Kejadian ini melibatkan dua siswa saat pelajaran berlangsing. Karena anak yang merasa menjadi korban telah memanggil orang tuanya, kami pun berusaha menenangkan orang tua yang marah. Hari itu juga kami memanggil anak yang dianggap menjadi pelaku ke kantor dan memanggil orang tuanya. 

Meskipun awalnya keadaan agak memanas, kami berhasil menenangkan orang tua korban. Dalam mediasi ini, orang tua pelaku bersedia bertanggung jawab. Anak-anak pun saling memaafkan. Keesokan harinya, aku mengetahui bahwa peristiwa ini hanya salah paham saja. Anak-anak tersebut sudah terlihat seperti biasa. Alhamdulillah.

Aku menarik kesimpulan bahwa dengan kesabaran, kita bisa menyelesaikan masalah serumit apa pun. Nggak ada masalah yang tanpa solusi.


Sosok yang Rajin 

Mengenal sosok Pak Riyanto ini mengingatkanku akan sosok guru yang rajin. Nggak pernah sehari pun kulihat ia terlambat ke sekolah. Setiap pagi beliau dengan semangat menyapa guru-guru dan siswa yang ada di sekolah. 

Jujur, kebiasaan untuk datang tidak terlambat ini pelan-pelan mulai aku adopsi. Harapanku, julukan sebagai guru yang rajin akan tersemat pada diriku. Aku nggak mau dikenal dengan jarkoni. Sebagai guru, aku wajib memberi contoh yang baik. Ya kan?


Sosok yang Mau Upgrade Ilmu

Selain sebagai guru olah raga yang aktif di organisasi Pramuka, Pak Riyanto ini mau belajar meng-upgrade ilmu. Meskipun kesulitan dengan penggunaan perangkat komputer yang makin canggih, beliau nggak segan untuk terus bertanya dan belajar dengan guru IT. 

Sikap yang pantang menyerah ini bikin aku kadang merasa malu. Bukan membandingkan diri, tapi aku merasa terpacu untuk lebih semangat dalam mengembangkan diri. Berkaca dari pengalaman dan perjalanan hidup beliau yang berasal dari desa dan berhasil mencapai posisi yang ia raih sekarang. Tepatlah jika aku bilang bahwa nggak ada yang nggak bisa asalkan kita MAU.


Sosok Periang

Menghadapi anak-anak di sekolah itu bukanlah perkara mudah. Kita nggak hanya bicara tentang proses pembelajaran, tapi juga interaksi antara sesama manusia. Hubungan yang membutuhkan rasa hangat dan bahagia dari sikap yang riang. Sifat yang juga beliau miliki. Beliau memiliki hobi menyanyi yang sering mencairkan suasana.

Dalam acara Hari Guru Nasional dan PGRI ke 77 kemarin pun beliau meriahkan dengan alunan musik yang memenuhi seluruh gedung sekolah. Aku berharap sih, dengan kebahagiaan di hari Jumat kemarin bisa terus menyulut semangat guru untuk menghantarkan peserta didik menjadi anak-anak yang. memilki kompetensi unggul dan karakter mulia.

Berjiwa Terbuka

Dalam setiap briefing Jumat yang diadakan di sekolah, kami selalu mendiskusikan perkembangan sekolah selama seminggu terakhir. Dalam pertemuan ini, kami dilatih untuk terbuka menerima pendapat. Lalu, mencari solusi terbaik bagi masalah yang ada di sekolah.

Meski lebih sering menjadi pendengar, aku belajar untuk mengemukakan pendapatku. Menjadi peserta yang aktif untuk ikut membantu perkembangan sekolah.

Belajar dari Hal Sederhana yang Dimiliki Sosok Guru

Dalam perjalananku menjadi guru selama lebih dari satu dekade, aku belajar bahwa kita semua adalah sosok murid di ruang semesta yang luas ini. Bukankan semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru? Kita hanya harus lebih rendah hati untuk terus BELAJAR dan mengembangkan diri untuk jadi seorang guru terbaik untuk diri kita sendiri dan orang di sekitar kita.

Selamat Hari Guru Nasional buat guru-guru hebat. Semoga Allah memberi kita umur yang panjang untuk terus menebarkan kebaikan. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa