Journaling Bukan Sekedar Diary

 

journaling-bukan-sekedar-diary-catatan-pengingat

"Rasanya aku stuck. Kehabisan ide." Keluhan yang lazim kita dengar di mana pun. Masalah klise yang bisa kita atasi dengan menulis journal. Catatan yang dikenal dengan sebutan diary.

Namun, tahukah kamu bahwa journaling, bukan sekedar diary? Paling nggak begitulah pemahamanku. 

Tapi, apa sih journaling itu? Kenapa kita perlu repot-repot menulis journal? Bukankah lebih baik ngomong langsung? 

Pengertian Journaling 


Journaling merupakan aktivitas menuangkan perasaan dan pemikiran dalam bentuk tulisan, gambar, atau puisi. 

Lalu, apa bedanya dengan diary?

Berbeda dengan journaling yang lebih bersifat pribadi, diary biasanya berisi tulisan detail mengenai peristiwa-peristiwa yang dialami  oleh penulis. 

Kenapa Journaling?


Sebagai manusia biasa, emosi pasti sering naik-turun. Ya kan? Eh, itu sih aku banget. Hingga, aku memerlukan journal untuk menuliskan semua uneg-unegku. Kalau kubaca ulang, rasanya ingin tertawa dan menangis. Tulisannya berantakan. hehe

Untungnya, sebagai konsumsi pribadi, journaling ini membantuku untuk lebih tenang. Gimana nggak? Aku bisa menulis kekecewaan, kekesalan, dan kemarahanku di journal. 

journaling-bukan-sekedar-diary-catatan-pengingat

Journaling, Bukan Sekedar Diary


Selain menulis hal yang negatif, journal bisa untuk menuangkan tentang semua hal tentang diri kita, lho. Nggak ada batasan. Kita bisa nulis kapan pun kita mau. Tapi, sebaiknya sih konsisten agar kamu bisa dapat hasil maksimal.

Karena bisa lebih bebas dan ekspresif dalam menggoreskan isi hati, journaling bukan sekedar diary. Kita bisa melakukan self reflection dengan journaling. 

Seperti yang disampaikan hari ini oleh mas Erwin Parengkuan dalam webinar tentang Personality Development melalui Komunikasi. 

"Masa lalu itu sudah berlalu. Kita harus hidup untuk hari ini dan meninggalkan the old me. Jangan terjebak dengan orang yang lama. Basi!" 

Kurang lebih gitu, sih. Meski dengan redaksi yang berbeda. Dan, ucapan mas Erwin ini nampol banget. Bikin aku mulai mempertanyakan diriku lagi. 

"Apa sih target yang ingin kucapai?"
Selanjutnya, aku sadar nggak akan ada yang berubah dari diriku kecuali aku mulai dari sekarang. Dan, cara terbaik adalah menguatkan dan mengingatkan diri kita lewat tulisan. Termasuk journal.

Bagaimana cara menulis journal?


Mudah, kok! Kamu nggak perlu menunggu jadi penulis professional untuk mulai. Juga nggak perlu mengeluarkan modal banyak. Cukup mau nulis! Kamu bisa menulis di atas kertas atau di laptop. 

Cara menulis journal yang pernah kulakukan adalah

1.  Pilih journal terbaik
Kamu bisa memilih media apa yang lebih disuka. Buku, laptop, atau media digital yang bisa diakses di internet. Pilih yang bikin kamu nyaman

2. Pikirkan apa yang ingin kamu tulis
Tulis apa yang kamu mau. Perasaan, ide, atau puisi. Kamu pun bisa menggunakan emoji atau gambar sebagai journalmu.

3. Buat jadwal rutin
Agar tercapai tujuan, buat jadwal rutin dalam menulis journal. Mulai aja dari yang paling sederhana. Kalau konsisten setiap hari dilakukan, Insyaallah kebiasaan baru ini akan terbentuk.

4. Tulis dengan gaya bahasa sendiri
Setiap manusia nggak sama. Termasuk gaya bahasa dalam menulis. Gunakan yang bikin nyaman. Tujuan utama journaling kan untuk menuangkan isi hati dan pikiran. So, mengalir aja. 

5. Tulis apa pun yang terlintas di pikiran
Kamu bisa nulis bebas! Nggak perlu malu, takut salah, risih, sungkan, dan nggak enak. Journal ini milikmu. Kamu berhak melepaskan diri tanpa takut apa pun.

6. Mulai menulis dari hal yang sederhana
Mulai aja dulu. Tuangkan aja yang kamu rasakan atau pikir. Se-simple itu.

Aku sih bersyukur telah mengenal blog. Media yang juga jadi alat journaling bagiku. Dengan media ini, aku bisa self-reflect dan berusaha untuk terus belajar. Memperbaiki diri. A life time learner.

7. Tulis emoji yang kamu rasakan
Kalau kamu mau, kamu pun bisa tulis emoji di journalmu. 

8. Buat jadi kebiasaan
Jadikan menulis sebagai habit. Insyaallah kamu akan memahami dirimu sendiri dan bertumbuh menjadi orang yang lebih bahagia.

Gimana? Nggak sulit kan?  Kuncinya, mulai aja dulu. Nggak akan ada yang protes dengan tulisanmu, karena itu harta karun milikmu sendiri. Selain sebagai sarana buat kita untuk bertumbuh, journaling pun bisa jadi legacy buat generasi penerus untuk diambil hikmahnya.

Journaling, sebagai sarana proses memaafkan


Kalau kilas balik sih, aku pernah lho nulis berlembar-lembar di kertas journalku dengan kata benci doang hehe. Saat nulis itu, rasanya dada itu panas banget. Dan, setelah hampir sepuluh lembar, marahku pun reda. Alhamdulillah.

Meskipun memang proses memaafkan itu butuh proses, aku menerima bahwa manusia itu tempatnya berbuat salah. Lemah. Termasuk diriku sendiri. Kesadaran itu yang melunakkan marahku. Apalagi, aku pun menulis kebaikan-kebaikan yang pernah ia lakukan. 

Karena journaling, aku berpikir bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah. Dalam journal, aku bernostalgia tentang kebersamaan dengan ia yang bikin aku marah. Hingga, perlahan aku pun bisa memaafkan. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

RPP Bahasa Inggris Kelas XI KD 3.4 Invitation Letter