Meningkatkan Motivasi Berolahraga dengan Mengurangi Waktu Makan

Riset menunjukkan bahwa menahan nafsu makan dapat menumbuhkan hormon ghrelin. Hormon yang menginisiasi semangat berolahraga.


gambar from google

Kegemukan adalah masalah global yang mencuri perhatian dunia. Di tahun 2016 diperkirakan sekitar 13% dari penduduk dunia menderita obesitas. Peningkatan itu tumbuh secara signifikan seiring dengan meningkatnya income penduduk dunia. Income berlebih yang diikuti dengan meningkatnya jumlah konsumsi makanan yang dimakan. Pola hidup yang mengakibatkan kegemukan. Padahal kegemukan memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai penyakit, seperti: jantung, diabetes type 2, darah tinggi, kanker, dan kondisi kronik yang lain. Penyakit yang menghabiskan biaya yang tak sedikit untuk proses penyembuhannya. Belum lagi efek lain yang ditimbulkan, seperti berkurangnya kualitas hidup karena harus terbaring di tempat tidur rumah sakit.

Perhatian besar terhadap masalah kegemukan atau obesitas 

Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh ilmuwan ditandai dengan diterbitkannya Jornal of Endocrinology, October 19, 2019 menunjukkan bahwa diet yang berimbang dengan membatasi porsi makan dan puasa dalam kurun waktu tertentu dapat memotivasi seseorang dengan berat tubuh berlebih untuk berolahraga. Riset juga memperlihatkan bahwa mengurangi waktu porsi makan dapat membantu menjaga mereka untuk terus rutin berolahraga, menurunkan berat badan, dan menghindari risiko komplikasi, seperti: diabetes dan serangan jantung


Membatasi makan dan berolahraga dianggap sebagai cara efektif mengatasi obesitas. Sayangnya, obesitas ini sering dikaitkan dengan gaya hidup dan kebiasaan makan yang buruk. Akibatnya, melakukan olahraga rutin akan menjadi aktifitas yang sulit dilakukan karena kurangnya motivasi. Ghrelin, yang disebut sebagai 'hormon lapar' dapat menstimulasi selera makan melalui otak untuk memperlama waktu berolahraga.

Untuk membuktikan teorinya, Dr Yuji Tajiri dan koleganya di Kurume University School of Medicine in Japan meneliti hubungan antara ghrelin dan berolahraga pada tikus. Asupan makanan dan aktivitas running-wheel dibandingkan pada tikus dengan akses bebas pada makanan dan tikus yang diberi asupan makanan 2 kali sehari dengan waktu yang dibatasi.  Meski ke dua grup tersebut diberi porsi makan yang sama, tikus yang dibatasi waktu makannya berlari lebih dibanding tikus dengan diberi akses bebas. Penemuan ini membuktikan bahwa rasa lapar dapat menstimulasi produksi ghrelin yang memberi motivasi untuk berolahraga, Jadi, menjaga kebiasaan makan yang rutin dengan pola makan teratur atau puasa dapat menumbuhkan motivasi berolahraga bagi penderita obesitas.

Akan tetapi Dr Tajiri mengingatkan bahwa penemuan ini masih perlu pembuktian lebih lanjut dalam percobaan klinis. Hal ini membuka jalan bukan hanya bagi diet dengan strategi latihan dengan biaya yang efisien dan strategi latihan, tapi juga aplikasi terapi baru untuk obat ghrelin. Dr Tajiri dan koleganya juga sedang mengembangkan percobaan ini pada manusia untuk mengetahui potensi ghrelin bagi perawatan dan pencegahan obesitas.


sumber data
Sciencedaily.com

Komentar

  1. Obesitas memang menjadi salah satu permasalahan penduduk dunia

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak..akibat gaya hidup yang bergeser juga

      Hapus
  2. Kalau aq justru perlu penggemukan badan

    BalasHapus
    Balasan
    1. diet dan olehraga juga bisa bikin tubuh berisi, Kak

      Hapus
  3. Bermanfaat. Terimakasih. Habis lahiran tambah melebar.

    BalasHapus
  4. Terima kasih banyak lho mbak. Ini cocok banget buat nampar aku yang suka makan tapi nggak suka olah raga😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak. semoga kita semua selalu sehat yaa

      Hapus
  5. Ternyata aku belum BW yg hari rabu ini

    BalasHapus
  6. Wah, tulisan ini cocok utk aku yang gendut. Hehehe

    BalasHapus
  7. Bagi saya makan itu perlu tapi secukup nya saja jngn terlalu berlebihan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa