Black and White

Mungkin pernah kau dengar term lama Nothing is new under a sun.  Tak ada yang baru di bawah sinar matahari. Sebuah kisah yang tak pernah baru kecuali dalam hiasan kata dan bumbunya. 

Selebihnya, itu bukan yang pertama dan terakhir. Seperti sinar matahari yang bersinar cerah dan bulan yang terus terlihat indah bagi yang sedang bahagia. Dan, terlihat menyedihkan dan menyakitkan bagi yang sedang kecewa dan putus harapan. Banyak cerita yang melatar - belakangi sebuah pilihan atas tindakan sadistic atau heroic. 

Cerita yang bisa saja dijadikan alasan. Alasan yang berdasarkan emotional sesaat atau pemikiran dan perencanaan yang panjang.

Saat bicara tentang tindakan sadistic yang mungkin terjadi di sekitar kita, mungkin kita jadi teringat kata ASPD (Anti Social Personal Disorder). Kurang familiar dengan kata ini? Jangan khawatir, aku pun begitu. 

Tak begitu paham dengan tipe Personal Disorder yang ternyata malah sering ditayangkan lewat berita atau sinetron yang kita tonton. Istilah lain yang kubaca di Google sih, ASPD ini bisa disebut juga sebagai Psicopath. Kelainan kejiwaan dan mental yang ditandai dengan kurangnya rasa simpati dan empati pada orang lain yang disertai dengan perasaan bahwa dirinya lah yang paling penting. 

Perasaan yang akhirnya melunturkan perasaan menyesal saat melakukan kesalahan, dan marah besar saat ada orang yang berbuat jahat padanya atau keluarganya. Seperti kisah seorang ayah yang membunuh putranya, seorang anak yang membunuh orang tuanya dan kisah lain yang sungguh tak pantas diceritakan, tapi jadi viral. Ditayangkan dan dibahas berulang kali. 

Lalu, aku bertanya pada diriku sendiri saat mataku menatap data di Google bahwa pengidap ASDP itu ada di kisaran 1% dari keseluruhan jumlah populasi manusia secara umum. Well, it shocks me. Membuatku bertanya - tanya. Apakah aku?

Lalu aku memandang wajah teduh ibuku yang tanpa lelah mendoakan anak - anaknya. Aku ingat akan guruku yang telah mengajariku membaca dan menulis. Ingat pada kebaikan orang - orang yang telah dengan tulus menolongku, baik secara langsung atau tidak langsung. 

Aku ingat pada sahabatku, Dwi yang dengan tulus menemaniku, memboncengku saat pulang dari sekolah selama hampir dua tahun lebih. Aku ingat Eti yang memboncengku berangkat sekolah hampir selama setahun. Aku ingat Ida yang sering membagi makanan saat ia baru kembali dari Kotabumi, kampung halamannya. 

Aku ingat semua kebaikan dari orang - orang di sekitarku yang tak bisa kusebutkan. Kebaikan yang akan membuatku sadar selalu ada orang baik di sekeliling kita. Orang baik yang berjiwa heroic. Melakukan hal sederhana yang nyatanya menyelamatkan kita. Tanpa disadarinya.

Mungkin kamu tak percaya saat kukatakan padamu bahwa aku sering merasa berterima kasih pada sahabatku yang  tiba - tiba memberiku makanan saat aku lapar, atau minum saat aku haus. 

Hal sederhana yang membuatku berterimakasih pada Allah. Masih banyak orang baik di dunia ini. Keyakinan yang mungkin populer di wacana, tapi tak begitu bernilai komersil di dunia. 

Seperti kecenderungan melihat sesuatu yang berbeda dengan sebelah mata, mencibir, tapi tak mengulurkan tangan. Lalu, heran dan curiga saat sesuatu itu menyerupai dan menjajari. Padahal, wacana keseragaman itu pun tak selalu menyenangkan kan? Bayangkan kalau semua warna itu putih atau hitam? Tak berwarna kan? 

Maksudku di sini, andaikan warna hitam dan putih itu harmonis akan menjadi paduan yang keren. Monokrom yang lembut. Apalagi jika dipadu warna yang lain. Pasti akan ada kepaduan yang bikin hidup lebih berwarna lagi. Ya kan?

Oke, balik  lagi ke pembahasan tentang ASDP yang level nya katanya sekitar 1% itu. Aku sih, lebih percaya kalau semua orang itu baik. Hanya saja manusia itu punya kecenderungan untuk melihat sisi buruk orang lain untuk membuatnya merasa dirinya lebih baik dari orang tersebut. Hal yang alami sekali. 

Meski tak bisa menjadi pembenaran untuk melakukan hal yang kurang terpuji seperti membicarakan keburukan orang lain bukan untuk pembelajaran atau peringatan. Tapi, akan sulit sekali melihat batasan hal tersebut ya? Seperti melihat batasan antara hitam dan putih yang berpadu dalam warna monokrom. 

Pusing? Tak mengapa. Bukankah tak selalu semua hal itu kau pahami, seperti jempol yang tak kau pahami hadirnya sampai saat ia terinjak orang dan sakit. Ya kan? 

Artinya, saat jempolmu sakit dan kau masih merasa simpati pada rasa bersalah pada orang yang menginjakmu, aku akan mengucapkan selamat. Kau mungkin bukan dari satu persen itu. Selamat!

Bandar Lampung, 22 September 2019

#ODOP
#ODOPBatch7
#Day15

Sumber data
- Google.com

Komentar

  1. Satu persen tapi mengerikan ya mba keberadaan orang ASDP

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang kesehatan jiwa itu penting mb.. kadang yg terlihat tak seperti yg sebebarnya..thanks sudah mampir mb

      Hapus
  2. kadang, ketidakpedulian orang berawal dari orang yang tulus peduli malah jadi korban yang tersakiti...
    semoga kepedulian dan simpati tidak punah dari bumi.
    ide tulisanya bagus kak

    BalasHapus
  3. makasih infonya, baru dengar istilah itu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

RPP Bahasa Inggris Kelas XI KD 3.4 Invitation Letter