Mudik, Perjalanan Menuju Rumah

Mudik, Perjalanan Menuju Rumah


Mudik, sebuah perjalanan menuju rumah yang penuh harap dapat menjumpai keluarga saat hari lebaran. Mencium tangan ibu dan bapak. Memohon maaf atas dosa dan khilaf selama setahun ini. Mengharap fitri. Kembali suci.

Aku ingat saat mudik pertama kalinya. Merasakan sensasi berdesak - desakan untuk naik ke bis menuju Lampung. Merasakan lelahnya perjalanan yang terasa lebih lama karena padatnya kendaraan yang memiliki tujuan sama. Pulang.

Belum lagi aku harus membawa beban oleh - oleh dan standar bawaan untuk mudik dan berjalan sepanjang dermaga Merak menuju kapal yang akan membawaku ke Lampung. Kadang, aku harus berhenti sejenak untuk beristirahat karena tanganku terasa pegal. Yang paling tak terlupakan memang saat berdesak - desakan menuju kapal. Aku harus menggeret barang bawaanku yang lumayan berat atau mendorongnya dengan kakiku jika mamak tidak lihat.

i

Pengalaman Mudik Tahun Lalu


Mudik tahun lalu aku menggunakan motor. Adikku yang memboncengku. Yah, aku bisa mengendarai motor, tapi belum berani memboceng. Masih takut. Aku pernah jatuh dari motor saat baru belajar naik motor. Saat itu aku memboceng adikku. Imah. Kami jatuh dan masuk got yang lumayan dalam. Adikku terluka sedikit di kakinya. Mukaku lecet. Luka gores di kulitku sembuh dengan cepat, tapi aku nggak berani membonceng sampai hari ini. Jadi, selama perjalanan mudik, adikku yang membawa motor. Tidak gantian. Sebenarnya merasa bersalah sih. Tapi gimana, daripada bahaya. Untungnya, kami menggunakan rute Tanjung Priok - Panjang. Jadi, perjalanan motor sih nggak lama. Dari Bekasi ke Pelabuhan priok hanya kurang dari 40 menit. Yang lama itu pejalanan dari Priok ke Panjang. Hampir 14 jam. Mantap kan? Sangking lamanya aku dan adikku bisa tidur terus bangun dan tidur lagi. Begitu berulang - ulang. Aktifitas yang santai tapi bikin punggung sakit juga. Yang menyenangkan sih adikku bisa dengan santai membawa motor dari Pelabuhan Panjang ke rumah. Hanya kurang dari 30 menit dan kami sudah bisa sampai rumah dengan selamat. Alhamdulillah.

Sensasi Mudik 


Rasanya sih, hanya orang Indonesia yang punya euforia mudik tiap lebaran. Mungkin karena jumlah penduduk muslim di Indonesia yang hampir 70 % dari jumlah keseluruhan sekitar 270 juta ya ?  Bisa dibayangkan kan sensasi perpindahan orang dalam waktu yang sama selama arus mudik lebaran. Betapa kota besar sepadat Jakarta pun bisa sontak sepi karena mayoritas penduduknya yang muslim mudik ke kampung halaman. Jalanan yang biasanya macet bisa jadi lengang saat mudik tiba.

Kupikir, mudik ini pun merupakan ritual perjalanan menuju rumah. Menuju orang - orang yang paling dicintai. Bagiku, lebaran tanpa keluarga akan terasa hampa. Jadi, mudik adalah suatu keharusan. Apalagi bagi aku yang masih memiliki orang tua di kampung. Alhamdulillah, sensasi mudik hanya kulakukan beberapa kali karena aku menetap di Lampung. Dekat dengan orang tuaku.


#day18
#30HariKebaikanBPN

#bloggerperempuan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa