Harapan Di Balik Tsunami

Harapan Di Balik Tsunami Selat Sunda


Dibalik semua peristiwa, pastilah ada hikmah. Seperti juga Tsunami selat Sunda yang memakan korban jiwa 431 (Sabtu, 29/12/2018) dengan 15 orang hilang, 46.646 mengungsi, 7200 orang luka, 1.527 rumah rusak (70 rumah rusak berat, 181 rumah rusak ringan, 78 penginapan dan warung rusak dan 432 perahu dan kapal rusak). Bencana yang membuat banyak orang atau organisasi yang terketuk hatinya dan  berbondong - bondong untuk mengulurkan bantuan untuk meringankan beban korban. Menggenggam tangan korban untuk lekas pulih dan bangkit menata hidup. 

Bantuan pemerintah pun mengalir untuk meringankan beban korban Tsunami, sebagai berikut;

Menteri Puan beserta rombongan yang datang di lokasi bencana di Desa Way Muli dan Desa Cugung di Kalianda, Selasa (25/12/2018), menyatakan akan memberi bantuan hunian sementara bagi korban Tsunami. Pemerintah juga, lanjutya, akan memberi santunan 15 juta bagi korban meninggal dunia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soumarno menjanjikan pihaknya akan membangun hunian sementara bagi korban Tsunami, saat meninjau lokasi bencana Tsunami di kecamatan Sumur, Kabupaten pandeglang, Sabtu (29/12/2018). Lokasi itu mengalami kerusakan parah dengan korban jiwa sekitar 77 orang. Selain di Sumur, Rini Soumarno menjelaskan bahwa bantuan juga akan diberikan di lokasi bencana yang lain. Lengkap dengan MCK nya.

Bantuan lain yang telah diserahkan sebesar 3 milyar oleh pihak BUMN dengan PT KS (Krakatau Steel) sebagai koordinatornya. Bantuan tersebut berasal dari seluruh BUMN.  "PT KS sendiri telah menyerahkan bantuan sebesar Rp. 522 juta untuk para korban bencana," lanjut Silmy Karim, koordinator pihak PT KS.. Silmy mengatakan bahwa ia atas nama perusahaan - perusahaan BUMN akan berusaha untuk membantu korban Tsunami sepenuhnya, baik dalam kebutuhan logistik, MCK, listrik, dan BBM.

Bantuan lain juga terus mengalir dari banyak pihak, organisasi atau LSM dari dalam dan luar negeri,  Bantuan yang harapannya dapat membantu korban untuk memulihkan hidupnya. 

Harapannya, bencana ini pun dapat membuat kita menyadari bahwa alam memberi batas atas kemampuan manusia. Manusia memerlukan yang lain untuk hidup harmonis di atas bumi ini. Semoga peristiwa ini mengingatkan kita untuk berpikir bahwa hidup ini hanya sementara, hingga kita harus berbuat yang terbaik. (data dari berbagai sumber)

Bandar Lampung, 30 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa