Kisah 5 Barang Wajib Yang Ada di Dalam Tasku


Seperti layaknya seorang penulis pemula, aku selalu membawa barang – barang wajib di dalam tasku untuk membantu aktifitas dan hobiku ini. Aku akan menceritakan alasan barang – barang tersebut menjadi penting dan wajib bagiku.

1.     Handphone

Tentu saja, aku akan menyebutkan barang ini dalam urutan yang paling awal. Ada banyak alasan kenapa aku menganggap handphone sebagai barang penting bagiku. Yang pasti aku punya cerita lucu terkait handphone yang pernah tertinggal di rumah.

Hari itu aku buru-buru berangkat ke sekolah karena aku bangun kesiangan. Setelah bersiap dan pamit pada orang tuaku, aku berangkat ke sekolah tanpa mengecek ulang isi tasku. Aku lupa tidak membawa handphone ku. Tentu saja, sepanjang siang aku di sekolah, aku tidak bisa mengecek handphone milikku yang tergeletak di meja belajarku di rumah. Tanpa tahu informasi yang berputar di sekolah hari itu, aku pulang ke rumah seperti biasa. Aku tidak tahu bahwa teman – teman berkumpul untuk rapat sepulang sekolah di gedung B, dan dilanjutkan dengan makan bersama di Rumah Bakso. Aku melewatkan dua aktifitas penting yang membuat aku hanya bisa senyum sendiri saat teman – teman menggodaku karena melewatkan moment makan bareng gratis. Belum lagi beberapa panggilan penting yang kulewatkan.

2.     Dompet

Barang yang satu ini adalah barang wajib ke dua yang ada di tasku. Alasannya pasti sama dengan semua orang, yaitu di dompet itu kita menyimpan uang, STNK kendaraan, kartu ATM dan SIM. Belum lagi surat – surat kecil yang tak kalah penting lain, seperti kuitansi. Untuk barang satu ini, aku pernah punya pengalaman menarik saat masih mengajar di Bandar Jaya. Saat aku lupa membawa dompetku. Lupa bahwa uangku ada di dompet itu.

Saat itu aku masih mengajar di IEC Bandar Jaya jam 2.30 siang, sementara jam 7.30 sampai jam 12 siang aku mengajar di SMK di Sukarame. Aku selalu berangkat ke Bandar Jaya dengan menggunakan bis. Aku masih ingat ekspresi kondektur bis saat ia menerima uang receh yang tersisa di tasku. Uang koin seratus rupiah dan lima ratus yang masih ada di tasku. Sisa jajanku. Jangan Tanya ekspresi wajahku, aku merasa kalau wajahku terasa panas karena malu. Dan, tanpa menghitung jumlah koinku, mas kondektur itu langsung memasukkan uang koinku ke dalam kantungnya. Aku juga masih ingat ekspresi senyum penumpang lain yang melihatku, yang kubalas dengan senyum tak berdosaku. Saat aku ingin pulang ke rumah, aku terpaksa meminjam uang pada temanku. Uang koin sisaku sudah habis.

3.     Pena

Ini barang penting ke tiga yang wajib kubawa. Barang penting dan murah, tapi bisa membingungkanku jika tidak ada. Barang sederhana dan kecil ini pun mempunyai kisah yang cukup unik bagiku.

Saat itu aku sedang mengurus surat untuk melamar kerja bersama dengan temanku. Di tempat kami mengurus berkas tersebut, kami harus menulis beberapa data untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan. Tentu saja, kami membutuhkan pena. Lucunya, tas kami berdua yang ironisnya berukuran besar dan yang banyak berisi barang – barang tersebut memiliki kekurangan barang yang kami perlukan, tidak ada pena. Terpaksa kami mencari toko yang menjual pena. Sayangnya, setelah berjalan beberapa meter dan berusaha menyeberangi jalan raya yang bukan main sulitnya, kami berhasil mendapatkan pena dan mengisi berkas kami. Sayangnya, saat kami akan menyerahkan berkas, jam telah menunjukkan waktu istirahat. Jadi, kami harus menunggu lebih dari 2 jam untuk menyerahkan berkas tersebut.

4.     Buku

Buku adalah barang wajib ke empat yang wajib kubawa. Seperti juga barang – barang yang lain, barang ini pun mempunyai cerita yang lucu.

Saat aku sering commute Bandar Lampung – Bandar Jaya menggunakan bis, aku sering menghabiskan waktu di bis atau halte bis. Menunggu bis yang biasa. Jika jalanan sepi, kadang aku menunggu lebih dari 30 menit. Hingga membaca buku menjadi aktifitas yang dapat membunuh bosan. Sayangnya, aku sering hanyut dalam cerita yang kubaca, hingga aku lupa dengan sekelilingku. Seperti hari itu. Aku baru membeli buku baru, dan memutuskan untuk membacanya dalam perjalanan. Karena bis yang kutunggu lama, aku mulai membuka buku dan mulai membaca. Tanpa sadar bis yang kutunggu sudah lewat. Aku harus menunggu bis selanjutnya selama 30 menit. Alhasil, aku terlambat dan harus menerima senyuman ‘menggoda’ teman – teman karena aku terlambat untuk pertama kalinya di bulan itu.

5.     Jarum dan Benang

Jarum dan Benang adalah barang – barang ke lima yang kupikir wajib ada di tasku. Kupikir barang – barang ini adalah satu kesatuan dan sangat kubutuhkan karena aku suka menjahit. Rasa suka yang masih kupendam sampai hari ini. Tapi, aku tetap menyimpan simbol rasa sukaku ini dalam tasku.  Seperti barang lain yang ada di dalam tasku, barang – barang ini pun mempunyai cerita lucu yang belum pernah kubagi pada siapa pun, termasuk ibuku atau teman baikku.

Saat itu aku pergi ke sekolah seperti biasa menggunakan seragam kesukaanku. Rasa suka yang berlebihan, hingga seragam itu menjadi agak tipis dan mudah koyak. Sayangnya, seragamku memilih moment untuk koyak pada saat aku masih berada di sekolah. Untungnya, aku menyadari saat seragamku terasa koyak. Segera, aku pergi ke mushola dengan membawa tasku yang berisi jarum dan benang. Alhamdulillah. Dengan semangat menggebu aku menjahit seragamku. Karena semangatnya, saat kucoba semua sisi seragamku terjahit. Jadi, aku harus membongkar jahitanku dan menjahit ulang.

Demikianlah kisah barang – barang wajib yang ada di tasku, barang – barang yang memberi warna cerita dalam hidupku yang sederhana ini.

Bandar Lampung, 27 November 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

RPP Bahasa Inggris Kelas XI KD 3.4 Invitation Letter