puisi
  Memetik Bulan     Sayang, aku tau kamu sedang tidur   Tapi kamu tidak mati, kan?   Seperti lalat yang ditepuk sepatu ibu itu   Sekarang tergeletak di lantai, tak bergerak     Sayang, kamu masih bernapas ?   Mengapa tak kulihat deru ombak di dadamu   Hanya lamat suara sengau dari hidungmu   Menggelegar membelah siang yang terang     Sayang, kamu masih bisa berjalan ?   Kenapa tak kulihat derap langkahmu ?   Kenapa juga larimu tak sekencang dahulu ?   Apakah kakimu telah diamputasi ?     Sayang, sungguh mati aku menunggumu   Tetapi, kenapa jam di tanganmu seperti mati ?   Bahkan sepertinya kau pun tak ingat akan nama mu   Nama yang kau ucapkan hingga aku memujamu     Sayang, namamu terlanjur ada di hatiku   Aku tak bisa lupa saat angin menderu menyebutmu   Membisikkan janji tentang matahari di saat malam   Mengatakan bahwa bulan pun kan kau petik untukku     Sayang, aku tetap mencintaimu sedalam lautan   Yang buihnya kini teracuni limbah pabrik milikmu   Yang ikannya kumakan dan masuk ...
 
 
