Postingan

Kebaikan sebagai Warisan Tak Ternilai

Gambar
Pernah ngobrol tentang kematian? Mungkin pernah. Meskipun kita sering tak mengungkapkannya secara eksplisit atau jelas. Namun, tema  kematian ini adalah hal abadi yang nggak akan pernah mati seperti pergantian siang dan malam atau peredaran bintang-bintang.  Lalu, bagaimana cara kita untuk menyambut kematian yang pasti datang ini? Seperti kata guruku, cara menyambut kematian adalah dengan senantiasa berbuat kebaikan.  Kenapa? Karena kebaikan sebagai warisan tak ternilai akan selalu abadi. Jadi amal jariah. Apalagi kebaikan ini dilakukan atas dasar cinta pada Allah semata. Sehingga kita nggak akan terlalu memikirkan atau mengharapkan balasan kebaikan kita dari orang lain, kecuali ridho Allah. Inilah yang menurut pandangan Islam sebagai level amal perbuatan tertinggi. Lalu, mengapa kita harus selalu berbuat baik? Apa hubungannya dengan kematian dan bagaimana caranya agar kita selalu berbuat kebaikan? Dasar percaya akan kematian  Ah, mungkin kamu pun mengingat kisah tragis Titanic. Kisah

Belajar dari Masa Lalu Orang Lain: Pelajaran Mahal yang Nggak Ada Duanya

Gambar
Dadaku rasanya sedikit sesak melihat keadaan temanku ini. Dia, yang dulu terlihat ceria kini kusam dan nggak terurus. Matanya pun sayu dan tampak lelah. Telapak tangan yang dulu terawat. Kini kasar dan berwarna gelap. Kata orang, ia dulu adalah seorang pengusaha mpek-mpek yang sukses. Ia memiliki langganan yang tersebar di Bandar Lampung. Bahkan beberapa konsumen setianya berasal dari Jawa dan Palembang, kota yang terkenal dengan produk camilan yang bisa dikonsumsi dengan cuka ini.  Sementara, sekarang ia harus berkeliling untuk jualan mpek-mpek dagangannya. Langganan telah meninggalkannya, hingga uang lima puluh ribu rupiah pun belum tentu ia hasilkan dalam sehari. Padahal sebelumnya ia bisa dapat ratusan ribu rupiah tanpa harus bersusah-payah berkeliling dari kampung ke kampung. Yah, aku nggak akan menceritakan lebih detail tentang keadaannya. Apalagi siapa dia sesungguhnya. Cukuplah kamu tahu bahwa itu terjadi karena kesalahannya di masa lalu. Dan itu harus dibayar lunas. Hingga, ak

Arti Perjalanan Hidup dalam Sebuah Catatan Kecil di Bus

Gambar
Hari itu aku pun sudah siap untuk berangkat ke Bandar Jaya. Matahari baru saja bersinar. Bapak sudah menghidupkan motor. Sudah siap mengantarku, hingga ke depan gang rumahku yang berjarak sekitar 15 meter. Dekat sih, tapi bapak nggak tega membiarkan aku berjalan sendirian sepagi ini.  So, rutinitas ini  berlangsung hampir setiap pagi. Hidup sederhana yang kunikmati dengan biasa aja. Taken for granted . Saat itu aku belum sadar kalau aku begitu beruntung.. Anyway, setelah mengantarku, bapak akan pulang ke rumah dan bersiap untuk kembali ke pasar. Jualan. Sementara aku berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum Rajabasa berwarna biru. Angkot inilah yang akan membawaku ke terminal Rajabasa yang terkenal garang itu hehe. Baiklah, aku akan mulai kisah yang memberi arti perjalanan hidup dalam sebuah catatan kecil ini. Perjalanan yang mungkin akan sedikit mengubah cara pandangku terhadap dunia ini. Dan, seperti yang ditulis Paulo Coelho dalam Brida, " People had been trying to

Kampanye Buang Sampah di Tempatnya: Budaya Sederhana Memperbaiki Karakter Siswa Di Era Digital

Gambar
Halo teman Yoha, apa kabar hari ini? Semoga selalu sehat dan bahagia. Aamiin. Sekarang, aku akan bercerita tentang kebaikan kecil yaitu "Budaya Buang Sampah di Tempatnya. Budaya Sederhana Memperbaiki Karakter siswa di era Digital." Wuih, temanya keren yak wkwk. Tapi, aplikasi di lapangan itu nggak semudah di atas kertas. But, that's how we got the story, right? Orang bilang kan, nggak ada cerita kan nggak seru. Tapi, kok cerita itu baru mencuat kalau beraroma negatif ya? Ah, aku jadi sedih.  Baca juga: Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah   Namun, aku selalu percaya bahwa selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Begitu pun kalau ada masalah terkait kedisiplinan siswa. Anggap aja, kejadian ini pun adalah baik. Bukankah seorang anak akan mengerti kebaikan setelah mengalami keburukan? Ah, pembelajaran yang pahit ya kalau sampai mengalami? Tapi, itulah hidup. Saat menjalani jalan terjal, baru mengerti bahwa jalan lurus dan mulus yang biasa dilewati

Kunto Aji: Penyanyi dengan Lirik Lagu Penuh Arti

Gambar
Teman Yoha, pernah merasa pengin nangis saat dengar sebuah lagu? Kalau aku sih sering wkwkwk. Aku typical orang yang sensitif lho hehe. Beneran! Aku mudah meneteskan air mata kalau lihat atau dengar yang sedih.  Ehmm, ini sih cewek banget ya? wkwkwk. Anyway,  sebagai anak lulusan sastra Inggris yang nggak nyastra  sama sekali wkwkwk, aku selalu suka dengan kata-kata indah. Mungkin itu sebabnya, aku suka dengan lirik-lirik lagunya Kunto Aji. Sehingga, aku menganggapnya sebagai Kunto Aji Penyanyi dengan lirik penuh arti. cieee.. Mungkin si doi hidungnya kembang kempis kalau mendengar pujian ini wkwkwk. Baca juga: The Blind Owl Dunia Retak Sang Pecinta  Oya, salah satu lirik Lagu Kunto Aji yang kusuka adalah Mantra Mantra. Selain liriknya dalam, kisah dibalik lagu ini pun mirip denganku. Alasan suka lirik lagu Kunto Aji  Oh ya, kamu mungkin belum tahu ya kalau salah satu dari keluarga dekatku adalah satu dari 200 juta pengidap F20 atau schizophrenia di dunia. Penyakit gangguan jiwa yang

Stoikisme dan Gaya Mengajar Guru di Sekolah

Gambar
Halo teman Yoha. Apa kabarmu hari ini? Semoga kamu selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. Aamin.  Anyway, ngomongin tentang kebahagiaan, mungkin sebagian dari kita berpikir bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan dasar kita sebagai manusia, pasti orang itu sudah bahagia. Baca juga: The Playground Short Story Bullying Masa Kecil yang Memengaruhi Masa Dewasa  Anggapan yang bisa jadi nggak keliru. Tapi, bagi sebagian orang lagi, pemenuhan kebutuhan pokok belum bisa menjadikannya bahagia. Ada hal lain yang nggak bakal pernah terpuaskan, hingga  pemenuhannya bisa jadi syarat untuk kebahagiaannya.  Apakah hal lain itu? Salah satunya adalah pemenuhan ambisi dan keinginan Sayangnya, ambisi atau dalam bahasa sederhana yang bisa aku katakan sebagai 'keinginan untuk mendapat/ mencapai sesuatu' adalah barang 'mahal' yang nggak bakal pernah terpuaskan. Setuju?  Eh, nggak setuju juga nggak apa-apa. Bebas kok hehe. Sebagai seorang individu yang bebas, setiap orang berhak memiliki pemikir